Nampak Beberapa monyet yang dipelihara oleh warga kampung topeng monyet, Prumpung, Jakarta Timur. Beberapa warga disana memelihara monyet untuk dijadikan pertunjukan aktraksi dengan monyet yang sudah terlatih.
Eksploitasi Primata Monyet di Kecam Aktivis
Mendengar kata Topeng Monyet mungkin sudah tidak asing lagi di telinga warga masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Tontonan aktraktif dari primata moyet yang telah terlatih menjadi hiburan tersendiri dan merupakan lapangan pekerjaan bagi sebagai pencari nafkah dari pengusaha Topeng Monyet dan para pekerjanya. Namun semuanya berubah ketika para aktivis dan LSM menolak penggunaan atau ekspoitasi primata monyet karena duagaan dilatarbelakangi kekerasan fisik terhadap primata itu yang dilakukan oleh para pemilik dan juga pawang atau pekerja Topeng Monyet.
Salah satu wilayah di Jakarta yang sebagian besar warganya menggantungkan diri mencari nafkah dengan usaha Topeng Monyet terletak di Kampung Topeng Monyet, di belakang pasar gembong, Prumpung, Jakarta Timur. Dari pantauan hampir sebagian besar warga di sekitar memiliki peliharaan monyet-monyet yang diikat ditiang-tiang sekitar rumah, ada pula yang memiliki kandang-kandang yang dibuat untuk monyet peliharaannya.
Pengusaha Topeng Monyet, Bapak Priyatno (31), memiliki pendapat tentang hal ini. Priyatno meluruskan tentang kekerasan yang dilakukan kepada monyet-monyet itu. “masalah kekerasan itu, sebenarnya bukan kekerasan, tapi didikan, karena bentuknya melatih monyet berdiri saja, kesananya udah gampang”, ujar Priyatno. Hal tersebut dimaksud agar monyet dapat dilatih untuk berdiri, hanya tidak sampai menjerat atau kasar atau berlebihan seperti yang dituduhkan, terang Priyatno. Sementara itu Priyatno memiliki sekitar 7 ekor monyet yang di beli dengan harga bervariasi, antara lain sekitar 200-300 ribu. Tanggapanya jika topeng monyet dilarang, Priyatno mengaku setuju saja. “kalo pribadi saya sih setuju, hanya dipertimbangkan dulu, banyak yang kehilangan pekerjaan, saya harap bisa dipekerjakan”, ujar Priyatno. Sementara penghasilan Ia mengaku mendapat 15 ribu sehari dari seekor monyetnya dan untuk makanan dari monyet-monyetnya Priyatno mengatakan bahwa monyet-monyet miliknya di beri makan nasi, buah, dan susu. Untuk kesehatan dari monyetnya berasal dari kecamatan. “suntik rabies setahun sekali dari kecamatan, jadi didata semua”, terang Prayitno.
Dari pantauan warga sekitar memang terlihat tak asing dengan primata monyet itu. Rata-rata ada yang di pelihara di kandang, ada juga yang di ikat di tiang-tiang di depan rumah. Jumlahnya pun bervariasi, ada yang satu rumah memiliki 3 hingga 4 ekor monyet. Dan terlihat pula remaja yang sedang memindahkan monyet peliharaan dari satu tiang untuk diikat pada tiang lainnya. Sementara untuk ukuran monyetpun ada yang nampak besar, berukuran sedang, dan ada pula monyet yang masih kecil-kecil yang sudah diikat di depan rumah warga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar