Kamis, 27 Januari 2011

Potret Jalanan


ANAK SEKECIL ITU BERKELAHI DENGAN WAKTU . . .
DEMI SUATU TUJUAN YANG KERAP GANGGU TIDUR MU . .
ANAK SEKECIL ITU TAK SEMPAT NIKMATI WAKTU . . .
DI PAKSA PECAHKAN KARANG LEMAH JARI MU TERKEPANG . . .

Kutipan singkat lagu dari Iwan Fals diatas di rasa tepat menggambarkan Potret Kemiskinan yang terjadi di Ibu Kota saat ini. Masalah-masalah sosial terus bermunculan menambah “PR” sekaligus cambuk bagi negeri ini untuk kembali bercermin sebagai bangsa yang besar. Bangsa yang seolah bisu melihat anak-anaknya hidup di bawah garis kemiskinan. Anak seumur mereka yang seharusnya mengenyam pendidikan, tetapi harus hidup di tempat yang tidak seharusnya mereka berada. Apakah hanya milik mereka yang punya uang saja , sementara mereka yang mempunyai hak-hak yang sama tempat mereka di sana di pinggir dan di trotoar-trotoar jalanan? Di mana fungsi dan kewajiban negara? Sebagaimana di amanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pasal 31 tentang Pendidikan dan Pada Bab XIV Tentang Kesejahteraan Sosial, Pasal 34 . “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan - Fakir miskin dan anak-anak terlantar di pelihara oleh negara”  . Sudahkah negara menjamin sistim jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan?. Para elit-elit bangsa ini terlalu sibuk, sibuk akan korupsi, sibuk mengejar kedudukan dan jabatan, Sampai mereka lupa akan Tugas dan Kewajiban meraka dalam Peranan sosial dan Pendidikan. Suatu bangsa akan besar apabila sadar akan nilai penting dari pendidikan yang mencerdaskan bangsa, yang sudah tentu secara tidak langsung  akan meningkatkan kualitas hidup warga masyarakatNya sendiri.

Nilai Tinggi dari kualitas pendidikan nantinya akan menentukan arah peradaban bangsa. Maju atau tidaknya suatu bangsa dilihat juga dari kualitas pendidikannya. Sampai kapan Bangsa ini mau di samakan sebagai bangsa yang “Primitif,” Bangsa sepertinya tidak mempunyai peradaban? Bangsa-bangsa lain sibuk dan berlomba-lomba untuk maju mengejar peradaban, tetapi bangsa ini malah berdiam diri  hidup seperti di jaman Batu. Hidup dengan alakadarnya, hidup dengan apa adanya padahal apa yang ada dan sedangan terjadi saat ini yang dipelihara dan dipertahankan bangsa ini adalah suatu kemunduran dan bukan sama sekali hal-hal Progresif.